Pages

Senin, 10 Januari 2011

Dunia Sekolah Indonesia VS Australia

Masih menyoroti seputar dunia remaja (jadi ingat masa-masa SMA hehehehehe......), tugas yang menggunung, ikut LES, kegiatan ekstrakurikuler dll......anda pasti dulu juga pernah merasakannya meski banyak tugas yang harus dikerjakan toh kita tetep lancar n sukses mengatasi bangku SMA (bagi yang sukses.....). Tapi kenyataan sekarang justru bertolak belakang, banyaknya kegiatan sekolah yang ternyata bisa membantu tumbuh kembang remaja ternyata selalu disikapi dingin oleh mereka, banyak diantara remaja yang enggan mengikuti ekstrakurikuler, tambahan pelajaran apalagi aktif disaat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Saya pernah ditanya langsung sama anak-anak (siswa SMA), "pak, kenapa sistem pendidikan di Indonesia kok gak seperti di luar negeri?, kalau disana kan bidang studinya sedikit, sementara kita di Indonesia apa gak kurang banyak?" (hmmmm menggelitik sekali untuk mencari perbandingan antara sistem pendidikan di luar negeri dan dalam negeri).



Sistem untuk dunia sekolah remaja di Indonesia sangat mempengaruhi perkembangan kwalitas remaja, dimana keseharian pergaulan mereka ada di sekolah. Perbedaan ini bisa kita lihat dengan mengkaji salah satu contoh dengan  dunia remaja sekolah di Australia. Berikut beberapa perbedaan pendidikan dunia remaja di Indonesia dengan Australia :
Kesempatan Mengungkapkan Pendapat
Sekolah di Australia memiliki kelas dengan ukuran yang lebih kecil dari Indonesia (paling banyak 30 murid). Ukuran kelas tersebut memungkinkan murid untuk aktif mengungkapkan pendapat dan berkreasi. Anak-anak bermasalahpun mendapat education assistant sehingga guru tetap bisa memperhatikan setiap anak di kelas dengan baik.
                                                         
Sekolah Indonesia rata-rata memiliki antara 30-45 murid di setiap kelas. Hal ini membuat murid-murid Indonesia mendapat kesempatan mengungkapkan pendapat yang lebih kecil dibanding dengan murid-murid Australia. Tidak cukup waktu untuk mendengarkan pendapat setiap murid karena terlalu banyak murid. Tidak ada education assistant untuk murid yang bermasalah, jadi mungkin sekali bahwa ada murid yang merasa tidak diperhatikan karena guru memperhatikan murid yang lain.
Ujian yang Menentukan Naik Kelas atau Tidak
Di Indonesia, ada ujian setiap semester, setiap tahun, dan untuk kelas-kelas tertentu ada ujian nasional. Hasil ujian ini sangat menentukan apakah mereka akan naik kelas dan tinggal kelas. Di Australia ada ujian pula, namun anak-anak akan tetap naik kelas bagaimanapun hasil ujian mereka. Perbedaan sifat ujian ini mempengaruhi sikap murid di sekolah.
Di Indonesia, guru-guru tidak bisa mengabaikan ujian sehingga mereka berusaha mengajarkan apa yang akan diujikan kepada murid. Murid-murid Indonesia akan lebih serius dan mudah diatur untuk belajar karena kalau tidak belajar mereka akan gagal ujian. Dan apabila gagal ujian, mereka tidak naik kelas dan mereka akan malu sendiri. Sanksi sosial tidak naik kelas menurut saya cukup berat. Murid yang tidak naik kelas akan kehilangan teman-teman kelasnya (karena teman-temannya naik ke tingkat yang lebih tinggi sedangkan dia tidak) dan dianggap bodoh oleh lingkungan sosialnya. Oleh karena itu murid-murid akan benar-benar berusaha untuk naik kelas.
Di Australia meskipun ada tes, anak-anak tidak belajar pun tidak menjadi masalah, karena jika gagal mereka tetap naik kelas. Ini membuat murid-murid Australia lebih santai dan lebih susah diatur.
Kehidupan di Luar Sekolah
Pekerjaan Rumah (PR)
Di Indonesia, guru-guru memberikan pekerjaan rumah dan tugas kelompok. Keadaan ini membuat murid-murid Indonesia menyediakan waktu 1-3 jam setiap harinya untuk membuat PR atau tugas kelompok. Sedangkan di Australia guru-guru berusaha untuk tidak memberikan PR. Semua pekerjaan diselesaikan di sekolah, sehingga remaja Australia mempunyai lebih banyak waktu untuk beristirahat atau bermain.

Kegiatan Ekstrakurikuler


Di sekolah Indonesia, ada banyak kegiatan ekstrakurikuler dimana murid diwajibkan memilih satu kegiatan. Kegiatan yang didampingi guru ini biasa dimulai sepulang sekolah dan berlangsung kurang lebih 1.5 jam. Karena itu, murid-murid yang aktif bisa berada di sekolah dari pukul 7 pagi sampai pukul 4 sore. Mereka tidak punya banyak waktu luang untuk bermain karena sepulang sekolah mungkin PR sudah menunggu untuk dikerjakan. Sedangkan di Australia, murid-murid tidak tinggal di sekolah setelah pelajaran selesai. Mereka harus pulang ke rumah atau mencari kegiatan sendiri.

Les/ Tutorial


Masih berkaitan dengan ujian yang dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting, murid-murid Indonesia yang merasa kurang mampu memahami pelajaran pergi belajar tambahan di sore hari di lembaga-lembaga. Ada pula yang memilih memanggil tutor datang ke rumah.

Kesimpulan yang dapat saya tarik dari keadaan-keadaan di atas adalah waktu luang murid-murid Indonesia lebih terbatas dibandingkan dengan murid-murid Australia. Selebih itu, kegiatan mereka sama seperti yang dilakukan remaja di seluruh dunia. Sebagian suka berolahraga, sebagian suka menekuni musik, sebagian suka bermain PS sebagian suka membaca buku dan lain-lain. Sumber : Agatha Uni Asmarani (http://www.sttbali.com)

Mudah-mudahan tulisan ini bisa memberikan sedikit gambaran tentang dunia sekolah diluar dan dalam negeri, dan syukur-syukur memberikan sebuah inspirasi untuk pendidik dalam proses belajar mengajarnya. Semoga bermanfaat.

1 komentar:

  1. nice post !
    selama ini bingung cara mbantu anak belajar n memahami pelajaran yg sdh diperoleh dr sekolah terutama anak usia balita, hikmah penjelasan anda cukup menginspirasi sy untuk menyusun strategi membangkitkan kembali keinginan anak sy untuk belajar selama ini dia bosen bersekolah dg alasan yg macam2....

    BalasHapus